Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), Jero Wacik, mengatakan, pihaknya
telah menerima permintaan maaf dari Menteri Pelancongan Malaysia soal
Tari Pendet.
“Menteri Pelancongan Malaysia menelepon saya untuk minta maaf soal Tari Pendet,” kata Jero Wacik di Jakarta, Kamis (27/8).
Ia mengatakan, permintaan maaf terkait penggunaan Tari Pendet dalam
iklan promo pariwisata di televisi pada program Discovery Channel
berjudul Enigmatic Malaysia tanpa seizin resmi pemerintah Indonesia
memang baru disampaikan secara lisan.Namun, Jero menegaskan, pihaknya masih menunggu jawaban resmi dari Pemerintah Malaysia atas surat nota protes yang disampaikan kemarin. “Kami masih tetap menanti jawaban resmi dari pemerintah Malaysia,” katanya.
Menteri memperkirakan surat nota protes soal Pendet sudah diterima Pemerintah Malaysia sehingga diharapkan pekan depan sudah ada jawaban resmi.
Dalam pembicaraan lisan melalui sambungan telepon internasional, Jero menjelaskan, Pemerintah Malaysia mengatakan, iklan wisata bermuatan Tari Pendet bukan dibuat oleh Pemerintah Malaysia melainkan pihak swasta; sebuah rumah produksi.
“Rumah produksi yang membuat iklan itu juga sudah mengirimkan e-mail untuk meminta maaf pada Pemerintah Indonesia melalui saya,” katanya.
Namun, Jero menegaskan permintaan maaf hendaknya disampaikan secara resmi dan bukan melalui e-mail. “Saya tetap masih menunggu jawaban resmi nota protes yang saya kirim,” katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasih kepada pers yang telah menaruh perhatian besar soal produk budaya Indonesia khususnya Tari Pendet. Menurut dia, maraknya media mempublikasikan isu klaim Tari Pendet oleh Malaysia menunjukkan kecintaan pers terhadap pariwisata dan budaya Indonesia. “Terima kasih rekan wartawan, dua pekan ini saya juga jadi beken,” demikian Jero Wacik.
“Iklan Tari Pendet” Malah Kian Populerkan Bali
Kontroversi
iklan promosi pariwisata Malaysia yang menampilkan tari Pendet diyakini
Pengamat Pariwisata Bali, Dr.I Nyoman Darma Putra, justru semakin
melambungkan nama pulau wisata ternama Indonesia itu di mata wisatawan
dan pelaku industri pariwisata dunia.
“Di
balik kasus ini, saya yakin nama Bali akan semakin melambung di kalangan
wisatawan dan pelaku wisata dunia,” katanya di Brisbane, Kamis,
menanggapi kasus iklan kontroversial pariwisata Malaysia yang tanpa
seizin pemerintah RI menampilkan tari pendet dari Bali.
Darma
Putra mengatakan, pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pembuatan
iklan promosi berjudul “Enigmatic Malaysia” itu tidak etis memasukkan
materi budaya Bali bagi kepentingan promosi pariwisata Malaysia.
“Kalau
materi budaya Bali digunakan untuk mendukung promosi pariwisata Bali,
kita sangat berterima kasih. Dalam kasus ini, sikap pemerintah Malaysia
yang sebatas menyalahkan pihak swasta yang memproduksi materi promosi
pariwisata negaranya sangat disayangkan,” katanya.
Penulis
buku Bali dalam Kuasa Politik (2008) ini mengatakan, pemerintah Malaysia
sudah seharusnya dapat menjamin bahwa kasus pemanfaatan dan pengklaiman
kekayaan budaya Indonesia oleh Malaysia seperti yang terjadi dalam
beberapa tahun terakhir ini tidak terulang lagi di masa mendatang.
Pemerintah Malaysia juga sepatutnya memberi sanksi kepada pihak pembuat materi promosi pariwisatanya itu, katanya.
Kasus
iklan komersial yang sempat ditayangkan jaringan TV Discovery yang
diprotes Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik itu
tidak hanya mengundang perhatian beragam kalangan di Indonesia tetapi
juga menarik perhatian media utama di Australia.
Surat
kabar berpengaruh The Australian misalnya menyoroti kasus ini lewat
salah satu berita edisi 26 Agustus di bawah judul “Malaysia ’steals’
Bali dance” (Malaysia ’Mencuri’ Tari Bali).
Berita
Harian The Australian melalui korespondennya di Jakarta, Stephen
Fitzpatrick, itu menyoroti perkembangan di seputar kontroversi pemakaian
tari Pendet dalam kasus iklan kontroversial pariwisata Malaysia dan
reaksi publik Indonesia dalam konteks hubungan kedua negara bertetangga
ini.
Kontroversi
yang mewarnai hubungan kedua negara yang dipicu oleh kasus pengklaiman
kekayaan warisan seni budaya Indonesia oleh Malaysia itu sudah terjadi
sejak kasus lagu asal Maluku, Rasa Sayange tahun 2007 serta pengklaiman
desain Batik, Angklung dan Reog, tarian asli rakyat Jawa Timur.
Kontroversi tari Pendet adalah konflik dalam hubungan antara Indonesia dan Malaysia disebabkan oleh sebuah iklan yang mengiklankan pariwisata negara Malaysia menampilkan fitur penari Pendet Bali yang sebetulnya memang bukan tarian Malaysia, sehingga menyebabkan kemarahan bagi warga Indonesia.
BalasHapus