Selasa, 03 Juli 2012

SENGKETA TARI PENDET

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar), Jero Wacik, mengatakan, pihaknya telah menerima permintaan maaf dari Menteri Pelancongan Malaysia soal Tari Pendet.
“Menteri Pelancongan Malaysia menelepon saya untuk minta maaf soal Tari Pendet,” kata Jero Wacik di Jakarta, Kamis (27/8).
Ia mengatakan, permintaan maaf terkait penggunaan Tari Pendet dalam iklan promo pariwisata di televisi pada program Discovery Channel berjudul Enigmatic Malaysia tanpa seizin resmi pemerintah Indonesia memang baru disampaikan secara lisan.
Namun, Jero menegaskan, pihaknya masih menunggu jawaban resmi dari Pemerintah Malaysia atas surat nota protes yang disampaikan kemarin. “Kami masih tetap menanti jawaban resmi dari pemerintah Malaysia,” katanya.
Menteri memperkirakan surat nota protes soal Pendet sudah diterima Pemerintah Malaysia sehingga diharapkan pekan depan sudah ada jawaban resmi.
Dalam pembicaraan lisan melalui sambungan telepon internasional, Jero menjelaskan, Pemerintah Malaysia mengatakan, iklan wisata bermuatan Tari Pendet bukan dibuat oleh Pemerintah Malaysia melainkan pihak swasta; sebuah rumah produksi.
“Rumah produksi yang membuat iklan itu juga sudah mengirimkan e-mail untuk meminta maaf pada Pemerintah Indonesia melalui saya,” katanya.
Namun, Jero menegaskan permintaan maaf hendaknya disampaikan secara resmi dan bukan melalui e-mail. “Saya tetap masih menunggu jawaban resmi nota protes yang saya kirim,” katanya.
Pada kesempatan itu, ia juga menyampaikan terima kasih kepada pers yang telah menaruh perhatian besar soal produk budaya Indonesia khususnya Tari Pendet. Menurut dia, maraknya media mempublikasikan isu klaim Tari Pendet oleh Malaysia menunjukkan kecintaan pers terhadap pariwisata dan budaya Indonesia. “Terima kasih rekan wartawan, dua pekan ini saya juga jadi beken,” demikian Jero Wacik.
“Iklan Tari Pendet” Malah Kian Populerkan Bali
Kontroversi iklan promosi pariwisata Malaysia yang menampilkan tari Pendet diyakini Pengamat Pariwisata Bali, Dr.I Nyoman Darma Putra, justru semakin melambungkan nama pulau wisata ternama Indonesia itu di mata wisatawan dan pelaku industri pariwisata dunia.
“Di balik kasus ini, saya yakin nama Bali akan semakin melambung di kalangan wisatawan dan pelaku wisata dunia,” katanya di Brisbane, Kamis, menanggapi kasus iklan kontroversial pariwisata Malaysia yang tanpa seizin pemerintah RI menampilkan tari pendet dari Bali.
Darma Putra mengatakan, pihak-pihak yang bertanggung jawab terhadap pembuatan iklan promosi berjudul “Enigmatic Malaysia” itu tidak etis memasukkan materi budaya Bali bagi kepentingan promosi pariwisata Malaysia.
“Kalau materi budaya Bali digunakan untuk mendukung promosi pariwisata Bali, kita sangat berterima kasih. Dalam kasus ini, sikap pemerintah Malaysia yang sebatas menyalahkan pihak swasta yang memproduksi materi promosi pariwisata negaranya sangat disayangkan,” katanya.
Penulis buku Bali dalam Kuasa Politik (2008) ini mengatakan, pemerintah Malaysia sudah seharusnya dapat menjamin bahwa kasus pemanfaatan dan pengklaiman kekayaan budaya Indonesia oleh Malaysia seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini tidak terulang lagi di masa mendatang.
Pemerintah Malaysia juga sepatutnya memberi sanksi kepada pihak pembuat materi promosi pariwisatanya itu, katanya.
Kasus iklan komersial yang sempat ditayangkan jaringan TV Discovery yang diprotes Menteri Kebudayaan dan Pariwisata (Menbudpar) Jero Wacik itu tidak hanya mengundang perhatian beragam kalangan di Indonesia tetapi juga menarik perhatian media utama di Australia.
Surat kabar berpengaruh The Australian misalnya menyoroti kasus ini lewat salah satu berita edisi 26 Agustus di bawah judul “Malaysia ’steals’ Bali dance” (Malaysia ’Mencuri’ Tari Bali).
Berita Harian The Australian melalui korespondennya di Jakarta, Stephen Fitzpatrick, itu menyoroti perkembangan di seputar kontroversi pemakaian tari Pendet dalam kasus iklan kontroversial pariwisata Malaysia dan reaksi publik Indonesia dalam konteks hubungan kedua negara bertetangga ini.
Kontroversi yang mewarnai hubungan kedua negara yang dipicu oleh kasus pengklaiman kekayaan warisan seni budaya Indonesia oleh Malaysia itu sudah terjadi sejak kasus lagu asal Maluku, Rasa Sayange tahun 2007 serta pengklaiman desain Batik, Angklung dan Reog, tarian asli rakyat Jawa Timur.

1 komentar:

  1. Kontroversi tari Pendet adalah konflik dalam hubungan antara Indonesia dan Malaysia disebabkan oleh sebuah iklan yang mengiklankan pariwisata negara Malaysia menampilkan fitur penari Pendet Bali yang sebetulnya memang bukan tarian Malaysia, sehingga menyebabkan kemarahan bagi warga Indonesia.

    BalasHapus