Kamis, 10 Juni 2010

FIGUR PIMPINAN NASIONAL PASCA SBY 2014

A. Profil Prabowo Subianto
Nama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo, anak ketiga dari pasangan Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo dan Dora Sigar ini lahir di Jakarta pada tanggal 17 Oktober 1951. Ayah Prabowo, Prof. Dr. Sumitro, tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia karena kiprah dan sumbangsih Sumitro pada masa pendirian republik ini maupun dalam masa pembangunan. Sumitro lahir di Kebumen, 29 Mei 1917, dan meraih gelar doktor di Nederlandse Economise Hogschool, Rotterdam, Belanda, pada 11 Maret 1943 dengan disertasi berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie (dalam bahasa Indonesia: Kredit Rakyat di Masa Depresi, LP3ES, 1989). Prestasi yang pernah diraih ayah Prabowo ini antara lain pernah menjabat sebagai Menteri di masa Soekarno dan Soeharto. Meskipun beliau pernah menjadi menteri di masa kekuasaan Soekarno, dan dia salah satu pengagum Soekarno, namun pada kesempatan lain yaitu tahun 1957 Sumitro memutuskan untuk bergabung dengan PRRI Permesta. Alasan Sumitro pada saat itu adalah kekecewaan terhadap kebijakan Pusat yang tidak memihak kepada daerah, serta kedekatan Soekarno dengan PKI.
Kemampuan adaptasi terhadap situasi paling menonjol ditunjukan oleh Prabowo adalah ketika mengikuti sang ayah ketika harus hidup dalam pelarian ketika masa Soekarno. Ketika itu Prabowo kecil merasakan tinggal disuatu tempat paling lama selama 2 tahun, bahkan dia tercatat telah tinggal di Singapura, Malaysia , Hongkong, Swiss, dan Inggris dalam rentang waktu 10 tahun. Ketertarikannya pada masalah sosial telah ada sejak kecil, ketika tinggal di Malaysia bagaimana masalah Konfrontasi Indonesia-Malaysia terjadi, Prabowo kecil merasakan lingkungan sosial yang tidak begitu bersahabat. Salah satu petikan fragmen Prabowo kecil dengan Sumitro yang menggambarkan kemandirian adalah ketika Prabowo sekolah di Kuala Lumpur. Prabowo mendapat olok-olokan dari teman-temannya, yang berisi cemoohan terhadap Presiden RI. Prabowo kemudian menemui ayahnya untuk protes dan mengultimatum seperti tergambar dalam dialog sebagai berikut “Kenapa kita ke negeri ini? Saya tahu Papi berseberangan dengan Soekarno, tapi saya tidak tahan, semua meledek negera kita. Kalau sampai satu tahun lagi saya disini, saya akan menjadi pro Soekarno!”. Cucu dari pendiri BNI 1946, Margono Djojohadikusumo, sedari kecil memang sudah menaruh perhatian terhadap isu-isu sosial-politik. Ini berkat sikap dari Sumitro yang terbuka dan memberi kebebasan terhadap seluruh anak-anaknya, bahkan Sumitro sering mengajak diskusi anak-anaknya mengenai masalah-masalah sosial-politik mutakhir. Dan juga ketika Soemitro ayah Prabowo dipanggil untuk kembali ke tanah air oleh Presiden Soeharto dan diberi jabatan Menteri. Salah satu komentar yang terucap oleh Prabowo ketika awal-awal di Indonesia adalah ”Kemarin menjadi pemberontak, sekarang menjadi menteri” dan Prabowo menolak naik kendaraan dinas Menteri."
Wakil presiden bagi capres yang diusung oleh PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Tak banyak yang menyangka putra begawan ekonomi Prof Dr Sumitro Djojohadikusumo itu, cukup diperhitungkan sebagai salah satu kandidat bursa pemilihan presiden 2009. Keputusannya untuk menjadi salah satu kandidat presiden pada Pemilu 2009 (sebelum akhirnya bersedia menjadi cawapres bagi Megawati), berawal dari permintaan sejumlah petani, nelayan dan peternak saat Prabowo menjabat sebagai Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
"Ini bukan masalah mudah. Jadi, permintaan mereka juga tidak langsung saya iyakan...tetapi saya pertimbangkan cukup lama," begitu, Prabowo kerap menceritakan awal mula dirinya berpikir untuk maju sebagai kandidat presiden.
Pria yang lahir dari pasangan Prof Dr Sumitro Djojohadikusumo dan Dora Siregar pada 17 Oktober 1951 itu, akhirnya menerima permintaan para nelayan, petani dan peternak itu untuk maju dalam bursa Pilpres 2009. Munculnya Prabowo dalam kancah politik nasional dengan kendaraan politiknya Partai Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindra), langsung mendapat simpatik dan pantas dijadikan alternatif dalam bursa pemilihan presiden dan wakil presiden.
Pesona lulusan Akademi Militer 1974 itu pun mampu menarik perhatian para politisi lainnya yang akan bersaing dalam Pilpres 2009. Bahkan, Prabowo pun banyak disokong pensiunan perwira tidak saja teman seangkatan tetapi juga senior-seniornya di militer.
Dengan mengusung program ekonomi kerakyatan, mantan Panglima Kostrad itu juga dijuluki "Bung Karno Kecil". Masa kecilnya yang dihabiskan dalam masa pelarian ke beberapa negara bersama ayahnya, menjadikan Prabowo sebagai sosok yang mandiri, pekerja keras dan sangat dekat dengan rakyat kecil. "Saya sudah biasa hidup sulit. Dekat dengan orang kecil, sehingga tahu apa yang mereka rasakan, dan inginkan," katanya. Akhirnya Prabowo lebih memilih untuk menjalani pendidikan militer di Magelang dibanding hidup di luar negeri. Dari sanalah jiwa patriotiknya terasah dan berhasil lulus sebagai lulusan terbaik.
Pada 1976, Prabowo dipercaya sebagai Komandan Pleton Para Komando Grup I Komando Pasukan Sandhi Yudha (Kopassandha) dan ditugaskan sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala di Timor-Timur.
Setahun kemudian, dia dipercaya untuk menjabat Komandan Kompi Para Komando Grup I Kopassandha dengan pangkat letnan satu. Karir militernya terus melejit, ketika dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teros (Gultor) Komando Pasukan Khusus TNI AD (Kopassus) pada 1983. Setelah menyelesaikan pelatihan di "Special Forces Officer Course" di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara (Linud) 328 Kostrad hingga 1987 dan diperpanjang sampai 1991. Karir militernya berlanjut menjadi Kepala Staf Brigade Infanteri Linud 17/Kujang/Kostrad selama tiga tahun yakni 1991 hingga 1993. Pada tahun di akhir jabatannya itu, Prabowo kembali ke Kopassus sebagai Komandan Grup 3 yaitu Komandan Pusat Pendidikan Pasukan Khusus di Batujajar, Jawa Barat. Setahun kemudian pria kelahiran Jakarta itu langsung didaulat sebagai Wakil Komandan Kopassus.
Tak lama berselang, pada tahun berikutnya Prabowo dipercaya untuk menjadi orang nomor satu di korps baret merah pasukan elit TNI Angkatan Darat itu.

Pada 1998, Prabowo ditarik kembali untuk mengabdi ke Kostrad sebagai Panglima Kostrad dengan pangkat Letnan Jenderal. Menilik perjalanan karir militernya, dimana dalam usia relatif muda yakni 47 tahun, telah berhasil menyandang bintang tiga di pundaknya dan memimpin jabatan elit.
Namun, situasi politik nasional yang genting ditandai kerusuhan Mei 1998, membuatnya dipindahkan menjadi Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI (Sesko TNI). Dan atas pertimbangan Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Prabowo diberhentikan dari dinas kemililiterannya dengan pangkat Letnan Jenderal. Dengan dugaan terlibat sejumlah penculikan aktivis saat dia menjabat sebagai Komandan Jenderal Kopassus. Setelah tidak aktif di kemiliteran, Prabowo lebih banyak menghabiskan waktunya di Yordania dan menerjunkan diri ke dunia usaha, khususnya di bidang pertambangan dan perkebunan.
Nama Prabowo Subianto kembali muncul tatkala Partai Golongan Karya menggelar konvensi pemilihan capres dan cawapres pada 2004. Kegagalannnya dalam konvensi partai berlambang pohon beringin itu, lebih banyak menerjunkan dirinya di organisasi kemasyarakatan. Pada 2004, Prabowo terpilih sebagai Ketua HKTI menggantikan Siswono Yudhohusodo dan pada 2008 terpilih sebagai Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI).
Selanjutnya, pada 2008 itu pula Prabowo membidani lahirnya Gerindra.
Gerak agresif yang dilakukannya melalui iklan di media televisi, Prabowo berhasil mencuri perhatian publik. Melalui bendera HKTI, ia kerap menyerukan untuk selalu mengkonsumsi produk makanan dalam negeri dan melalui APPSI, Prabowo mengimbau gerakan kembali ke pasar tradisonal.
Kampanyenya melalui layar kaca akhirya berujung pada pencalonnya sebagai salah satu kandidat presiden pada Pemilu 2009. Dengan mengusung delapan program aksi untuk kemakmuran rakyat, Prabowo langsung menggebrak panggung politik nasional menuju Pemilu 2009. Dalam delapan program aksinya itu, Prabowo menekankan penjadwalan ulang pembayaran utang luar negeri, menyelamatkan kekayaan negara untuk menghilangkan kemiskinan, melaksanakan ekonomi kerakyatan, memperkuat sektor usaha kecil, pemberdayaan desa, kemandirian energi, pemdidikan dan kesehatan, serta menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup.
"Bangsa ini, dikaruniai dengan kekayaan alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Tetapi mengapa kita menjadi bangsa yang miskin, lemah," ujarnya lantang. "Karenanya, Gerindra dengan mengusung cita-cita memperjuangkan kesejahteraan rakyat Indonesia, melakukan berbagai riset dan menyusun program sebagai jawaban untuk kondisi ekonomi nasional yang terpuruk saat ini.
Menurut riset, ungkap Prabowo, Indonesia membutuhkan pertumbuhan dua digit. Indonesia bisa berada di jajaran negara menengah dengan menjalankan ekonomi kerakyatan disertai menjalankan program Keluarga Berencana. Dengan begitu, Indonesia akan menjadi negara yang berdikari, berdaulat baik di sektor politik, ekonomi dan budaya.

B. Peluang Prabowo Subianto Dalam Pilpres 2014
Prabowo disebut-sebut berpeluang besar dalam Pilpres 2014, Prabowo dinilai memiliki peluang besar dalam Pilpres 2014 mendatang. Walau Prabowo mengatakan itu masih lama dan dia belum berpikir menyiapkan diri ke arah itu, sebagaimana pernah diungkapkannya melalui sebuah TV Swasta pasca Pilpres 2009, namun Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) menilai, Prabowo Subianto berpeluang unggul pada Pemilu 2014, meski saat pada 2009 mantan Panglima Kostrad itu tidak terpilih.
Ada potensi yang cukup signifikan. Salah satunya dari segi umur Prabowo karena dia baru berusia awal 60-an. Kalau kandidat yang lain lima tahun mendatang berusia 70-an. Itu terlalu tua untuk mengajukan diri lagi. Selain itu, sosok mantan Komandan Jenderal Kopassus itu pun mulai diterima oleh masyarakat. Prabowo juga punya partai sebagai kendaraan politik itu menambah kemudahan bagi dia. Sejak sekarang Prabowo harus dapat menjaga prilaku, sikap dan emosi dirinya, termasuk lebih peka terhadap keinginan masyarakat dan tidak terlalu emosional serta reaktif terhadap permasalahan politik. Kritis boleh, namun jangan emosional. Ini momentum awal yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya karena Prabowo memang berpotensi. Prabowo Subianto yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) semula mencalonkan diri sebagai presiden pada bursa Pilpres 2009. Namun, sesuai perkembangan politik nasional pasca Pemilu Legislatif 2009, Prabowo akhirnya bersedia berpasangan dengan calon presiden Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009.
Terlepas dari itu, Prabowo Subianto paling layak dipercaya menjadi presiden 2014-2019. Dia memiliki persyaratan untuk itu, dia tidak hanya memiliki karir militer cukup bagus, namun juga pengusaha sukses. Dengan segudang pengalaman yang dimiliki, Prabowo bakal mampu mengatasi kesulitan rakyat seperti saat ini. Saat ini saja Prabowo sebenarnya sudah layak dipilih rakyat menjadi pemimpin. Hanya saja, pada pilpres lalu Prabowo hanya menjadi cawapres Megawati Soekarno-putri. Ini karena Prabowo tidak memiliki suara cukup maju menjadi capres. Prabowo harus membesarkan Partai Gerindra sebagai kendaraan politiknya menjadi kandidat presiden 2014-2019. Prabowo harus meniru Partai Demokrat. Gerindra harus dibesarkan sehingga mampu meraih suara signifikan pada pemilu legislatif 2014. Bila itu berhasil Prabowo dipercaya melanjutkan tongkat estafet dari SBY.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar